EKG tutorial part-1
Jantung mempunyai kemampuan automatisasi yaitu kemampuan mencetuskan impuls secara otomatis dan ritmis serta menjalankan impuls ke seluruh otot jantung. Impuls ini menimbulkan eksitasi terhadap otot jantung yang selanjutnya menyebabkan serabut otot jantung tersebut BERKONTRAKSI.
Impuls disini menimbulkan aktivitas listrik, dimana aktivitas listrik ini dapat berubah-ubah berdasarkan peristiwa yang terjadi di jantung. aktivitas listrik tersebut dapat terekam oleh alat yang disebut ELEKTROKARDIOGRAFI(EKG). Dengan EKG, secara langsung dapat diperkirakan adanya gangguan frekuensi dan irama denyut jantung, gangguan penjalaran impuls, hipertrofi, iskemia, da infark otot jantung.
Pada tutorial kali ini akan dibahas dasar-dasar dari EKG,sekalian penulis belajar lagi all about cardiology.
l. pemasangan EKG 12 lead
Pasien dalam posisi terlentang dan kemudian ditentukan tempat-tempat pemasangan elektroda. Untuk elektroda warna MERAH di TANGAN KANAN, untuk elektroda warna KUNING disimpan di TANGAN KIRI, untuk elektroda warna HIJAU disimpan di KAKI KIRI dan elektroda warna HITAM disimpan di KAKI KANAN. ( cara penyimpanan elektroda ini pasti ada maksud dan tujuannya,,cari !!!)
A. Bipolar Standard Lead
Impuls disini menimbulkan aktivitas listrik, dimana aktivitas listrik ini dapat berubah-ubah berdasarkan peristiwa yang terjadi di jantung. aktivitas listrik tersebut dapat terekam oleh alat yang disebut ELEKTROKARDIOGRAFI(EKG). Dengan EKG, secara langsung dapat diperkirakan adanya gangguan frekuensi dan irama denyut jantung, gangguan penjalaran impuls, hipertrofi, iskemia, da infark otot jantung.
Pada tutorial kali ini akan dibahas dasar-dasar dari EKG,sekalian penulis belajar lagi all about cardiology.
l. pemasangan EKG 12 lead
Pasien dalam posisi terlentang dan kemudian ditentukan tempat-tempat pemasangan elektroda. Untuk elektroda warna MERAH di TANGAN KANAN, untuk elektroda warna KUNING disimpan di TANGAN KIRI, untuk elektroda warna HIJAU disimpan di KAKI KIRI dan elektroda warna HITAM disimpan di KAKI KANAN. ( cara penyimpanan elektroda ini pasti ada maksud dan tujuannya,,cari !!!)
A. Bipolar Standard Lead
Lead 1 = (+) tangan kiri (-) tangan kanan
Lead ll = (+) kaki kiri (-) tangan kanan
Lead lll = (+) kaki kiri (-) tangan kiri
B. Unipolar Limb Lead
Lead aVR = (+) tangan kanan (-) tangan kiri kaki kiri
Lead aVL = (+) tangan kiri (-) tangan kanan kaki kiri
Lead aVF = ( +) kaki kiri (-) tangan kanan tangan kiri
C.Unipolar Precordial Lead
lead V1 (merah) = ICS 4 linea sternalis kanan
lead V2 (kuning) = ICS 4 linea sternalis kiri
lead V3 ( hijau) = di pertengahan lead V2 dan lead V4
lead V4 ( coklat) = ICS 5 linea midclavicularis kiri
lead V5 (hitam) = ICS 5 linea axillaris anterior kiri
lead V6 (ungu) = ICS 5 linea axillaris media
Tempat pemasangan EKG mempunyai maksud dan tujuan tertentu yaitu untuk menunjukkan apabila ada kelainan di lead tertentu maka terdapat kelainan di tempat tertentu juga.
- Lateral = Lead l, aVL, V5, V6
- Inferior = Lead ll, lll, aVF
- Septal = V1, V2
- Anterior = V3, V4
2. Cara membaca EKG
Cara membaca EKG dimulai dengan menentukan kalibrasi, heart rate dan irama.
- Kalibrasi :
i. voltase diukur dengan garis vertika(keatas)l 1 kotak = 0.1 mV
ii. speed diukur dengan garis horizontal(kepinggir) i kotak = 0.04 sec
- heart rate :
Diukur dengan menghitung interval RR(x) kemudian memakai rumus 1500: x
- irama :
irama di sini adalah irama sinus normal dan bukan sinus normal (aritmia).
Irama sinus normal adalah suatu irama jantung dengan penghasil listrik dari nodus SA dengan frekwensi 60 hingga 100 kali per menit. Irama sinus normal mempunyai ciri – ciri :
I. gelombang P tampak dengan interval teratur
II. setiap gelombang P diikuti kompleks QRS dengan interval normal dan teratur
III. Semua P dan kompleks QRS memiliki contour dan konfigurasi sama.
Menilai Gelombang P
Gelombang P adalah defleksi pertama yang menunjukkan depolarisasi atrium.
- Contour :
- Normal : halus dan monofasik di semua sandapan kecuali V1
- Abnormal : bifasik, p tidak tampak, p fibrilasi
- Konfigurasi :
- Normal : defleksi positif di sandapan l, ll, aVF, V3-V6 dan negatif di aVR
- Abnormal : defleksi negatif di ll, lll atau aVF
- Durasi (horizontal) : 0.08 – 0.10 sec ( 2- 2.5 kotak kecil)
- Amplitudo (vertikal) : ≤0.25 mV ( 2.5 kotak kecil )
- PR interval : 0.12 – 0.20 sec ( 3-5 kotak kecil)...bila memanjang dapat berarti blokade AV, bila memendek dapat berarti sindroma preeksitasi.
Menilai Gelombang Q dan kompleks QRS
Gelombang Q adalah defleksi kebawah pertama setelah gelombang P; pertanda awal depolarisasi ventrikel. Gelombang R adalah defleksi positif setelah gelombang Q. Gelombang S adalah defleksi negatif didahului oleh gelombang Q atau R. Gelombang R’ adalah defleksi positif setelah gelombang S. Huruf kecil digunakan untuk defleksi kurang dari 5 mm dan sebaliknya.
Gelombang Q :
1. Konfigurasi :
i. Normal : gelombang q kecil
ii. Abnormal : gelombang Q patologis lebar ≥0.04 detik dan dalam ≥4 mm
2. Letak gelombang Q patologis
i. Lead V1-V4 : daerah anteroseptal
ii. Lead V1-V6, l dan aVL : daerah anterior ekstensif
iii. Lead V4-V6, l dan aVL : daerah anterolateral
iv. Lead V3-V5 : daerah anterior terbatas
v. Lead ll, lll dan aVF : daerah inferior
Kompleks QRS :
1. Konfigurasi :
i. Normal bila R makin besar dan S makin kecil dari V1-V6
ii. Abnormal :
a. Gambaran ekstrasistole(bizare-ventrikuler,sempit-atrial)
b. RR’ di Vl dan S lebar di l & V6 (RBBB)
c. RR’ di l & V6 dan S lebar V1 (LBBB)
d. Lebar dan cepat > 150x/menit
e. Sempit dan cepat > 150x/menit
f. RR interval tidak teratur (AF)
2. Durasi :
i. Normal : < 0.12 sec
ii. Abnormal : > 0.12 sec
3. Menghitung axis QRS compleks
Axis disini menggambarkan aktivitas di setiap ventrikel
Deviasi ke kanan: peningkatan aktivitas di ventrikel kanan, obstruksi paru, pulmonary emboli,
Deviasi ke kiri : peningkatan aktivitas di ventrikel kiri, hipertensi, aortic stenosis, ischemic heart disease
Axis normal : - 30® to + 110®
LAD (left axis deviation) : -30® to -90®
RAD ( right axis deviation) : +110® to -180®
Superior ( extreme RAD) : +180® to -90®
Cara pengukuran axis :
Hitung berapa kotak gelombang R dan S di lead l, lll dan aVF. Kemudian tambahkan per-lead lalu tentukan titik koordinat dan terakhir tarik garis.
Menilai ST Segment
Menentukan deviasi segmen ST
i. Normal : isoelektris
ii. Abnormal : elevasi deviasi ke atas > 1 mm
Depresi horizontal,downsloping, upsloping
Menilai gelombang T
1. Menentukan bentuk gelombang T :
i. Normal : tegak di semua sandapan kecuali aVR dan V1
ii. Abnormal : tinggi dan lebar, T terbalik berlawanan dengan vektor QRS bisa terdapat pada iskemia miokard
Menilai gelombang U
Normal : tidak tampak adanya gelombang U
Abnormal : gelombang U tampak jelas curiga adanya hipokalsemia
Menentukan QTc
Memakai rumus QT: akar dari RR
Indeks hipertrofi ventrikel
LVH : score romhilt estes
1. LV by voltage: 3
• R or S ≥ 20 mm at extremities lead, or
• S at RV complex (V1-V2) ≥ 25 mm, or
• R at LV complex (V5-V6) ≥ 25 mm, or
• S at V1-V2 plus R at V5-V6 ≥ 35 mm
2. ST Depression and T inversion at 3
LV complex V5-V6 (”strain pattern” )
3. Left Atrial Abnormality (P mitral) 3
4. QRS complex frontal axis > -15° (LAD) 2
5. Prolong interval of QRS complex at V5-V6, ≥ 0.09s 1
or ventricular activation time ≥ 0.04s
RVH
1. Reversal R/S ratio, at V1 > 1, at V6 < 1
2. QRS complex frontal axis deviate to the right (RAD)
Aux criteria: ventricular activation time at V1 ≥ 0.035s, ST depression and T inversion at V1, S at I, II, and III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar